Remaja berasal dari kata latin adolensence yang
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai
arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional
sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Ada berbagai batasan usia dalam percakapan tentang remaja. istilah ini dipakai dalam percakapan psikologi perkembangan yang dimulai kira - kira pada usia 12 tahun sampai dengan 18 tahun. Pada masa ini juga dibagi lagi menjadi remaja awal (early adolensence; 12-15 tahun), dan remaja madya middle adolenscence; 16-18 tahun).
Masa remaja adalah masa transisi dimana masa yang amat meresahkan dalam kehidupan seseorang untuk mencari indentitas yang khusus, masa remaja adalah masa bertanya dimana seorang individu mengalami perkembangan dalam kognitifnya yang mulai mempertanyakan banyak hal yang sudah diajarkan kepada mereka, masa remaja adalah masa keterbukaan pada masa ini remaja sangat terbuka terhadap hal - hal atau ide - ide serta bimbingan. Bagi kebanyakan remaja usaha untuk mencari/mendapatkan identitas baru merupakan suatu proses coba - coba, yang menyebabkan karakteristik mereka sukar ditebak, sehingga mereka akan menerima sesuatu hal pada suatu kesempatan, tetapi pada lain kesempatan mereka akan menolak, masa remaja adalah masa mengambil keputusan Erik Erokson berpendapat bahwa remaja awal yang berkisar 12 - 15 tahun belum benar - benar siap untuk berpegang pada idola akhir atau ideal - idela yang akan menjadi pembimbing untuk suatu identitas akhir mereka. Bagi sebagian remaja lain, keputusan - keputusan mereka agak tidak menentu dan sementara saja, tetapi begi sebagian lainnya keputusan - keputusan yang penting sangat mungkin terjadi dan mungkin saja tetap operatif sampai akhir hidupnya.
Berdasarkan hal ini Peranan seorang pendidik remaja dalam gereja yang akan melayani remaja sangatlah penting. pemimpin remaja atau guru adalah hal yang sentral untuk kesuksesan dan kegagalan suatu program dan metodologi. sudah tentu diperlukannya sumber - sumber misalnya ide - ide, kurikulum, dan buku - buku untuk program remaja, tetapi yang lebih jauh dari itu seorang guru atau pemimpin haruslah memiliki relasi yang baik dengan mereka. Guru atau pengajar haruslah memiliki keterampilan, kesabaran, mampu mengerti kebutuhan dan masalah - masalah yang dihadapi oleh remaja, bersedia memberikan waktu yang cukup bagi mereka, semangat dan memiliki teknik yang dibutuhkan dalam bekerja sebagai guru atau pendidik. sehingga dari hal ini pengajar atau pendidik dapat menyentuh semua aspek kehidupan mereka terutama dalam perkembangan spiritual mereka. Ini merupakan hal yang penting karena dimensi perkembangan spiritual seorang remaja tidak terlepas dari dari aspek kehidupanna yang lain. Iman seseorang menyentuh semua aspek kehidupannya baik itu secara fisik, sosial, mental, emosi, dan lain - lain begitu juga dengan injil. Pelayanan yang diberikan oleh guru atau pendidik dapat membantu mereka percaya kepada Tuhan dan memiliki iman yang kokoh dan bukanlah karena hasil dari warisan orang tua mereka semata.
Robert R. Boehlke juga mengutip pernyataan John Calvin (1509-1664) yang mendefinisikan :
Pendidikan
Agama Kristen adalah pendidikan yang bertujuan mendidik semua
putra-putri gereja agar mereka terlibat dalam penelaahan Alkitab secara
cerdas sebagaimana dengan bimbingan Roh Kudus.
Paulus
L. Kristianto dalam bukunya Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama
Kristen mengutip pernyataan Werner C. Graendorf (1976) yang dijelaskan
dalam pernyataan berikut : Pendidikan
Agama Kristen adalah proses pengajaran dan pembelajaran yang
berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan bergantung pada kuasa
Roh Kudus, yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pada
pertumbuhan, melalui pengajaran masa kini kearah pengenalan dan
pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap aspek
kehidupan, dan memperlengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif, yang
berpusat pada Kristus sang Guru Agung dan perintah yang mendewasakan
para murid. Sehingga Pendidikan Agama Kristen dapat mengajak, membantu, menghantar seseorang untuk mengenal kasih
Allah yang nyata dalam Yesus Kristus dan dengan pimpinan Roh Kudus
ia datang ke dalam persekutuan yang hidup dengan Tuhan. Pendidikan Agama Kristen berperan membentuk
remaja yang benar - benar menghayati iman dan kepercayaan mereka. Dengan
Pendidikan Agama Kristen yang berlandaskan iman kepada Kristus, para
remaja dapat melihat terang dan iman kepada Yesus. Pendidikan Agama Kristen tidak harus menjadi pendidikan yang
ekslusif di tengah dunia remaja, tapi mengakar di setiap segi kehidupan
para remaja. Hal tersebut
dinyatakan dalam kasihnya terhadap Allah dan sesama, yang dihayati dalam
hidupnya sehari-hari, dalam sikap dan perilaku mereka baik dengan kata-kata maupun perbuatan selaku. sehingga mereka dapat bertumbuh menjadi generasi - generasi penerus yang mampu memancarkan kasih Allah dalam pribadi mereka bagi sesama dan semua ciptaanNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar